Sunday, February 17, 2013

TANAH

Fisik media tanah

Lapisan O dan A1 adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan.
Lapisan E dan B adalah bagian yang memiliki bahan organik yang lebih sedikit, tetapi mengandung lebih banyak unsur yang tercuci daripada lapisan diatasnya. Kegiatan pertanian umumnya berada pada lapisan O sampai B.
Lapisan C dan R adalah lapisan batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk.
Lapisan  tanah yang saat ini ada sudah parah kondisi kerusakannya oleh karena pemakaian pupuk kimia yang terus menerus dan berlangsung lama, sehingga mengakibatkan :
  • ØKondisi tanah menjadi keras
  • ØTanah semakin lapar dan haus pupuk
  • ØBanyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah
  • ØMikroorganisme tanah semakin menipis
  • ØBanyak  Mikroorganisme  yang merugikan berkembang biak dengan baik
  • ØTanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro
  • ØTidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman
 
Unsur Hara Kimia Tanah
        Unsur hara adalah kebutuhan pokok tanaman baik berupa nutrisi maupun sumber energi yang menunjang kehidupan tanaman.  Sedikitnya ada 60 jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan 16 unsur atau senyawa di antaranya merupakan unsur hara esensial yang mutlak dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya.  Dari 16 unsur hara esensial, 3 diantaranya ketersediaannya di alam melimpah. Ketiga unsur tersebut adalah karbon ( C ), hidrogen ( H ) dan oksigen ( O ). Sedangkan sisa unsur hara lainnya didapatkan melalui pemupukan karena ketersediaannya yang terbatas di tanah.
            Unsur hara dibedakan menjadi dua bagian utama :
  1. Unsur hara makro, yaitu yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar, diantaranya : karbon ( C ), hidrogen ( H ), oksigen ( O ), nitrogen ( N ), fosfor ( P ), kalium ( K ), kalsium ( Ca ) dan magnesium ( Mg ).
  2. Unsur hara mikro, diantaranya : belerang ( S ), besi ( Fe ), mangan ( Mn ), boron ( B ), molibdenum ( Mo ), tembaga ( Cu ), seng ( Zn ), dan klor ( Cl ).

Unsur Biologi Tanah

             Pada awalnya penggunaan pupuk kimia mampu meningkatkan hasil panen, akan tetapi lama kelamaan hasil panen makin merosot dan kondisi tanah makin lama makin tidak subur.  Dari berbagai penelitian yang mendalam dan memakan waktu lama akhirnya diketahui bahwa kekurangan unsur biologi lah salah satunya yang menyebabkan tanah semakin lama semakin tidak subur. 
Unsur biologi tanah dibagi menjadi dua, yaitu mikroba tanah dan hormon pertumbuhan pada tumbuhan.
    1.    Mikroba tanah
            Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang sangat menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, mendaur ulang hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara.
    2.    Hormon pertumbuhan ( ZPT = Zat Pengatur Tumbuh )
            ZPT berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, juga bagi kelangsungan hidupnya.  ZPT pada tanaman didefinisikan sebagai senyawa organik bukan hara.  Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu : auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen.


Jenis-jenis pupuk

Pupuk adalah zat atau unsur yang ditambahkan ke dalam tanah atau media tanam dengan tujuan untuk menyuburkan tumbuhan.  Secara umum pupuk terbagi atas pupuk anorganik dan pupuk organik.  Pupuk anorganik terbagi atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk, sedangkan pupuk organik terbagi atas pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk hayati.

1.    Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk kimiawi yang berasal dari mineral atau bahan sintetis.  Terbagi atas dua, yaitu :
  • pupuk tunggal, pupuk yang mengandung satu unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.  Contohnya : Urea, ZA ( Zwavelzure Ammoniak ), ASN ( Amonium Sulfat Nitrat ), SP 36, KCl ( kalium klorida ), MOP ( Muriate of Potash ), ZK ( Zwavelzure Kali ).
  • pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara, misalkan pupuk NPK yang mengandung unsur Nitrogen, Phosphat dan Kalium.

2.    Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang asal bahannya dari mahkluk hidup, sebagian besar pupuk organik berbentuk padatan seperti pupuk kandang dan kompos.  Dengan bantuan teknologi, pupuk organik dapat dibuat dalam bentuk cair. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa produksi dan permintaan pupuk organik kian meningkat.

Keunggulan pupuk organik :
  • mampu memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah
  • meningkatkan daya serap tanah terhadap air
  • meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah
  • sumber hara bagi tanaman
  • ramah lingkungan
  • meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman

Jenis pupuk organik :
  • kompos, merupakan hasil pembusukan bahan organik ( hijauan ) oleh aktivitas mikroorganisme pengurai.  Secara materi, pupuk kompos dibagi menjadi 2 bagian yaitu padatan dan cairan.  Kualitas kompos diukur dengan rasio C/N, dan diatur di dalam SNI ataupun KepMenTan.
  • pupuk kandang, berasal dari kotoran ternak.  Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak dan cara penampungan pupuk kandang.
  • hayati, disebut pupuk hayati karena kandungan utamanya adalah makhluk hidup ( mikroorganisme ) yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.  Mikroorganisme tersebut dapat meningkatkan aktivitas mikroba indogenous, juga keberagaman mikroorganisme.  Selain itu dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman seperti pembentukan tunas, pembungaan dan pembuahan serta proses pematangan buah.



Sejarah pupuk kimia di Indonesia dan akibatnya bagi ekosistem
            Pupuk kimia mulai diperkenalkan pada awal tahun 70-an, untuk meningkatkan hasil pertanian yang sebelumnya hanya melakukan pemupukan secara tradisional.  Pada awalnya tidak banyak petani yang langsung percaya.  Akan tetapi setelah diedukasi melalui penyuluhan-penyuluhan, bimbingan masyarakat, dan terbukti peningkatan yang signifikan, maka berbondong-bondong petani mulai mengaplikasikan pupuk kimia, hingga akhirnya diterapkan hampir di seluruh pelosok nusantara.
            Beberapa tahun pertama memang peningkatan panen sangat terasa manfaatnya. Program modernisasi pertanian mampu menjawab satu tantangan ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang kian hari terus meningkat.  Namun setelah belasan tahun penerapan pupuk kimia, penggunaan pupuk kimia mulai terlihat dampak dan efek sampingnya.  Bahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian seperti pupuk dan pestisida telah merusak struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida diyakini telah merusak ekosistem dan habitat beberapa binatang yang justru menguntungkan petani sebagai predator hama tertentu.  Di samping itu pestisida telah menyebabkan imunitas pada beberapa hama. Lebih lanjut resiko kerusakan ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya penurunan produksi membuat ongkos produksi pertanian cenderung meningkat. Akhirnya terjadi inefisiensi produksi dan melemahkan kegairahan bertani.
            Pupuk kimia yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian mulai menunjukkan penurunan hasil. Untuk mengembalikan produktivitas, petani mulai menambah dosis pupuk kimianya sehingga lama kelamaan biaya operasional jadi meningkat, dan keuntungan petani semakin merosot. Dari tahun ke tahun hasil produksi menyusut bahkan kini di beberapa daerah hasil pertanian sudah lebih rendah daripada sebelum menggunakan pupuk kimia saat beberapa puluh tahun lalu.
            Dunia barat sebagai penggagas pertanian modern sudah lama menyadari dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan kimia sintetis dalam dunia pertanian. Kini mereka sudah beralih kepada sistem pertanian tanpa bahan kimia sintetis / yang dikenal dengan pertanian organik.  Sistem ini diyakini tidak menurunkan kemampuan dan kualitas produksi.  Justru yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu terjadi peningkatan secara signifikan jumlah produksi dan kualitas produk.  Didukung oleh tren gaya hidup 'back to nature' yang semakin populer, membuat produk pertanian organik sangat diminati masyarakat setempat. Konon, kenapa ekspor pertanian kita ditolak, salah satunya adalah karena residu zat kimia yang tinggi dalam produk pertanian kita.

No comments:

Post a Comment